4  UTS-3 My Stories for You: Menghitung Risiko Demi Gerbang Impian

Kisah Inspiratif tentang Ketekunan dan Ketegasan Pilihan

Author

Aucloire

Published

October 20, 2025

My Stories for You: Menghitung Risiko Demi Gerbang Impian

Aucloire menyajikan narasi yang membuktikan bahwa tujuan tertinggi harus dicapai melalui perhitungan yang jelas, didukung oleh ketenangan spiritual. Kisah ini adalah tentang seseorang yang mengizinkan dirinya runtuh sejenak, hanya untuk bangkit dengan strategi yang lebih kuat.

1. Titik Nol: Sebuah Pertanyaan yang Mengubah Arah

Awal perjalanan ini jauh dari kata mulia. Saya melalui masa SMP dan awal SMA dengan mode autopilot: sekolah bukan prioritas, tugas dicopy, dan belajar ditinggalkan. Momen kejutannya terjadi saat orang tua menyadari kondisi tersebut dan mengajukan pertanyaan krusial: “Apa nanti kamu tidak mau lanjut SMA?” Pertanyaan itu memantik kesadaran diri yang tajam: masa iya? nanti di masa depan jadi apa?. Di tengah situasi sekolah online, sulit untuk segera fokus, tetapi titik balik sesungguhnya datang ketika saya menetapkan tujuan tunggal: memantapkan hati untuk masuk STEI-K ITB. Target inilah yang menjadi kompas untuk memandu setiap langkah selanjutnya.

2. Revolusi Kelas 11: Bertindak Cepat Menghitung Risiko

Jika Kelas 10 adalah dasar jurang dengan nilai-nilai jeblok—salah satu yang terendah di kelas—maka Kelas 11 adalah revolusi total. Setelah memantapkan STEI-K, saya segera melakukan analisis: sekolah saya adalah sekolah “sangat nugu” di Medan, dan peluang dari jalur SNBP terasa seperti lotre yang saya tidak mampu ambil risikonya. Sesuai prinsip bertindak cepat, saya mengabaikan jalur SNBP dan fokus 100% pada ujian tertulis (UTBK). Ini adalah momen penentuan: mengakui kelemahan eksternal dan memaksimalkan kontrol internal.

Keputusan ini menuntut kerja keras yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Saya mengubah cara belajar, mencari kursus terbaik (Prosus INTEN), dan Kelas 11 menjadi turning point dramatis: dari nilai terendah, saya berhasil meraih Paralel 2 di kelas. Kemenangan ini membuktikan prinsip intinya: Ternyata aku bisa kalau belajar, aku nggak bodoh ternyata. Keyakinan inilah yang menjadi fondasi bagi perjuangan dua tahun berikutnya, meskipun dalam perjalanannya saya sempat “oleng” tertarik pada jurusan lain seperti akuntansi dan kedokteran.

  1. Pertarungan Akhir: Tenang Saat Skor Menurun {.unnumbered}

Perjalanan menuju UTBK adalah ujian pamungkas atas ketekunan saya. Mendekati hari-H, skor tryout justru terus menurun. Saya jatuh ke dalam demot yang parah—panik dan cemas, takut semua effort akan sia-sia. Saat itulah, H-2 UTBK, saya mencapai titik balik spiritual. Saya take a moment to cry my heart out, mengeluh dan mengakui keadaannya di hadapan Tuhan, meminta kekuatan untuk bangkit. Setelah momen itu, hati saya tenang—beneran tenang. Alih-alih istirahat, saya datang ke Inten H-1 UTBK, mencari ketenangan di lingkungan yang produktif.

Di hari UTBK, setiap langkah dijalani dengan teratur: membaca catatan sambil mendengarkan lagu rohani, dan berdoa sebelum setiap subtes. Tiba di hari pengumuman, gejolak emosi kembali menghantam. Saya benar-benar deg-degan. Saya kembali berdoa, kali ini bukan meminta kelulusan, melainkan meminta ketenangan hati jika tidak lolos, meminta hati yang bisa menerima dan tidak menyerah. Dua menit sebelum pengumuman, saya lari keluar, berdiri di depan Papa dan Mama, dan menekan tombol.

4. Final: Air Mata di Layar ‘LOLOS’

Saat layar menunjukkan: LOLOS! Saya langsung berteriak dan menangis. Papa dan Mama saya heran kenapa saya menangis padahal lolos—mereka tidak tahu, air mata itu adalah luapan dari dua tahun effort, dari skor yang turun drastis, dari doa yang akhirnya terjawab. Momen langka ini membuktikan, perjuangan STEI-K ini bukan hanya tentang masuk kampus, tapi tentang menemukan kekuatan diri dan keyakinan yang sesungguhnya.

Kisah ini adalah undangan Aucloire kepada Anda untuk percaya bahwa bahkan dalam titik terendah, bertindak cepat, menganalisis, dan mencari ketenangan spiritual adalah langkah paling efektif untuk meraih ambisi yang tampak mustahil.